Pandawa Beach Kutuh |
PANDAW BEACH KUTUH, Industri pariwisata terus
berkembang seiring waktu. Orang-orang terus mencari tempat baru untuk
dikunjungi dan dinikmati potensi wisatanya. Tempat yang itu-itu saja terasa mainstream, ramai dan membosankan. Apalagi
di Bali, yang terkenal dengan wisata pantai tetapi Pantai Kuta yang menjadi andalan
sudah terlalu biasa bagi kebanyakan orang. Pantai apa yang bagus tapi masih
sepi dan ga banyak orang yang sudah pernah kesana, itulah tempat yang ingin
dikunjungi oleh para wisatawan. Dan itu pula tempat yang menjadi sasaran para
investor.
Dasarnya Bali adalah gudangnya
investor di dunia pariwisata, tentu saja hal tadi membuat eksplorasi pantai
terus dilanjutkan. Di daerah selatan Bali memang banyak pantai yang bagus.
Namun akses ke pantai-pantai tersebut cukup sulit karena karakteristik bagian
selatan Bali yang berbukit-bukit membuatnya tertutup dan susah dijangkau.
Sehingga selanjutnya muncul istilah secret beach
atau hidden beach bagi pantai-pantai
itu, bahkan banyak yang mengganti kata beach
dengan paradise atau heaven.
Dulu banyak pantai di Bali yang (selain
warga sekitarnya) para peselancar saja yang tahu. Para peselancar ini
mencari
pantai dengan ombak yang bagus, dikelilingilah pinggiran Bali oleh
mereka. Ditemukanlah pantai-pantai bagus dan komunitas mereka saja yang
tahu. Tetapi lambat laun arus informasi begitu kencang dan mudah
sehingga
pantai-pantai tersebut lalu dikenal oleh banyak orang.
Baru-baru ini ada sebuah pantai
yang letaknya juga di selatan Bali yang mulai booming keberadaannya. Dahulu pantai itu bernama Kutuh karena
letaknya di desa dengan nama itu. Namun sekarang karena pantai ini sudah
terkenal dan ada patung-patung tokoh Pandawa di tebing sekitar pantai maka
pantai ini diperkenalkan dengan nama baru yaitu Pantai Pandawa dengan
embel-embel secret beach.
Sama seperti pantai-pantai di
daerah selatan Bali yang sudah saya sebutkan tadi, pantai Pandawa ini dulunya
juga susah untuk dikunjungi karena letaknya yang ada di balik tebing. Setelah
terlihat potensi keindahannya, maka tebing-tebing itu dipotong untuk memudahkan
akses ke sana. Tebing-tebing yang dipapras ini bentuknya seperti tebing yang
ada di kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK). Sampai sekarang alat-alat berat
masih bekerja untuk merapikan tebing dan membuat akses jalan yang lebih bagus
lagi. Untuk menuju sebuah sajian alam, sajian alam lain harus dihancurkan lebih
dahulu.
Pantai Pandawa memang menyuguhkan
sajian yang lain dari kebanyakan pantai di Bali. Jumlah wisatawan yang belum
seramai pantai-pantai ikon Bali. Pasir putih yang memanjang lalu ombak yang
hanya mengalun pelan membuat kano bisa dikendalikan dengan baik oleh wisatawan
meski mereka baru pertama kali mencobanya. Payung dan bangku untuk berjemur
yang siap untuk membaringkan badan. Jajaran pondok-pondok yang mulai bertebaran
menyajikan makanan dan minuman lengkap dengan kelapa muda yang menjadi minuman
khas pantai. Dari atas tebing, penggemar olahraga paralayang bisa memuaskan
hobinya berputar-putar di ketinggian melihat birunya laut. Lengkap sudah. Surga baru begitulah
tagline nya. Memang seperti itu
kelihatannya.
Sebelum Pantai Pandawa sepopuler
sekarang, mata pencaharian penduduk sekitar sebagian besar adalah sebagai
nelayan dan petani rumput laut. Lahan budidaya rumput laut itu masih ada sampai
sekarang, berada di samping ‘lahan’ untuk bermain kano. Beberapa penduduk juga
masih mencari ikan. Tetapi banyak juga yang beralih profesi sebagai karyawan
hotel atau villa yang banyak bertebaran di atas tebing Pantai Pandawa. Beberapa
juga beralih profesi dengan membuka warung.
Dengan semakin banyaknya
wisatawan yang berkunjung apakah penduduk yang tidak bekerja di sektor itu juga
meraih keuntungan? Jika nantinya industri pariwisata terus berkembang, apakah
semua penduduk sekitar Pantai Pandawa harus beralih profesi menjadi pekerja
wisata? Saya juga tidak tahu. Yang saya lihat sampai sekarang gubuk para nelayan
di pinggir pantai tetaplah berbentuk gubuk. Sesuai dengan namanya, semoga Pandawa
benar-benar menjadi tokoh protagonis.
Sumber : http://www.tanpakendali.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !